TANAH SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN

Ilustrasi: Ulet untuk WRI Indonesia

Oleh: Efendi Minai

Isu jual tanah sudah tidak asing di telinga kita Orang Asli Papua (Selanjutnya akan disebut OAP). Transaksi jual-beli tanah sudah dan sedang terjadi di seluruh tanah Papua (Provinsi Papua-Papua Barat). “Jual tanah: jual harga diri” (www.jubi.com.id). Arinya bahwa selama ini OAP tidak memaknai tanah sebagai mama yang terus memelihara bagi kehidupan OAP di Papua.

Bagi kita OAP, Tanah adalah sesuatu yang berharga (bernilai). Oleh karena itu, tanah mesti dihargai sebagai mama dan bukan dijadikan sebagai barang komoditas. Hakekatnya adalah bahwa tanah dalam seluruh kehidupan OAP adalah mama. Artinya tanah bagi OAP adalah harta yang paling berharga. Tanah adalah segala-galanya bagi OAP. Dalam pemahaman seperti ini dapat diartikan bahwa jika OAP tidak memiliki tanah, maka miskin. Miskin tanah, maka miskin segala-galanya.

Tanah selalu ada hubungannya dengan seluruh aspek kehidupan OAP. Tanah ada hubungannya dengan aspek ekonomi, budaya, politik dan sosial. Artinya bahwa semua aktivitas OAP selalu dilakukan di atas tanah. Misalnya seperti, bercocok-tanam, berternak, berkebun dan lainnya. 

Perebutan Tanah di West Papua

Tanah Papua sudah dikenal oleh khalayak umum (Dunia) Nasional-Internasional sebagai tanah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, punya kekayaan, seperti emas, perak, nikel, batu bara, minyak gas, uranium dan hutan yang lebat. Sering dijuluki sebagai pulau surge dan paru-paru dunia. Jadi, Tanah Papua adalah tanah yang kaya. Walaupun demikiaan, Harus ingat dan sadar bagi kita OAP adalah satu ancaman besar yang sedang terjadi terhadap tanah kita-tanah Papua, yakni perang dingin yang dilakukan oleh Amerika (Pendekatan Militer) dan China (Pendekatan Perdagangan) melalui Asia-Pasifik untuk merebut tanah West Papua.

Apakah kita tidak menyadari akan hal hal ini? Bukankah kita sudah bosan dengan beragam persoalan? Terkait dengan hal ini, Sebetulnya kita masih belum sadar bahwa sebenarnya acaman paling berat sudah dan sedang terjadi di Papua dan Papua barat yang sudah dimulai sejak Otonomi khusus di Papua. Kita sudah hidup dengan uang musiman, sehingga tidak mampu mencari mata pencaharian hidup, tidak mampu bersaing pada tingkat perekonomiaan yang bertaraf Nasional, seperti se-Asean. Oleh karena itu, OAP harus melawan segala ancaman dengan menjaga dan memelihara tanah sebagai mama, mengelolah tanah sendiri. Ingat konsep tanah bagi kita OAP adalah mama yang melahirkan dan membesarkan bagi OAP. Tanah adalah sumber kehidupan OAP. OAP memiliki tanah, maka memiliki kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam keluarga maupun kelen di setiap suku di tujuh wilayah adat di Papua. Oleh karena itu, OAP harus sadar dan stop jual tanah. jual tanah, maka jual mama dan harga diri.     

      Realitas kehidupan OAP telah nampak di mata pendatang, ketika mereka mulai berdomisili (Menetap) di Kabupaten-kabupaten di tanah Papua. Lihat saja bagaimana cara dan sikap mereka mencari perhatian terhadap kita OAP untuk memperoleh tanah milik ondoafi. Hal itu sudah dan sedang terjadi di kabupaten Jayapuran.

   Tanah milik orang jayapura di perjual belikan oleh nonAP jayapura bahkan pembangunan orang asli jayapura terpingkirkan. Realitanya, kita bisa lihat dari menempati mayoritas orang jayapura  tidak lebih dari lima kompleks dibanding dengan penduduk nonAP Jayapura, dan nasib orang jayapura se-akan bukan pemilik tanah di jayapura..

    Pimpinan daerah, Pemprov, MRP, dan pihak gereja, telah mengambil kebijakan dan bersuara terkait dengan penjualan tanah. Namun,  masih belum berhasil menindaklanjuti kebijakan-kebijakan secara universal (umum)  di papua dan papua barat. Oleh sebab itu, OAP mengelola tanah berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, Bukan mengelola tanah  karena kebutuan sesaat tapi melihat jauh kedepan kehhidupan anak cucu papua nantinya.

   (Alm) Mgr. Jhon Pilip Saklir, Pr Uskup Keuskupan Timika bahwasanya “OAP budaya pemillik tanah bukan budaya jual tanah di papua dan papua barat, OAP tanpa uang bisa hidup tetapi OAP  tanpa tanah tidak bisa  hidup”. Realitasya kehidupan OAP  terkatung kekayaan alam maka itu,  OAP memanfaatkan potensi alam di papua berdasarkan pengetahuan tradisional sebagai bahan pangan, sandang, dan papan.

   Kita OAP sedang  merasahkan kehilangan sumber hidup (tanah), kendati kita terlihat identitasnya OAP, ketika harga dirinya dijual, maka kehilangan identitas OAP.  Oleh karena itu, OAP jangan biarkan tanah kosong begitu saja, tetapi ada aktivitas yang dilakukan diatas tanahnya sendiri, agar tidak merasahkan kekurangan  dalam kebutuhan sehari-sehari. selain itu, hasil pangan, sandang, dan papan yang dihasilkan bagian dari pendapatan ekonomi dalam keluargamu. 

   Kita OAP jual tanah terbiasa maka harapan anak cucu diragukan 30 puluh tahun kemudian. Oleh karena itu, OAP terbiasa mengambil hasil jual tanah dan dinikmati sesaat adalah harapan yang gagal untuk anak cucu OAP. Oleh sebab itu, OAP berpikir bersama mencari solusi kepentingan anak cucu kedepan, agar kehidupan seperti ini tidak  menjadi bahan cerita bagi bangsa lain dibelahan dunia. 

    Kekayaan alam papua dibebaskan begitu  saja, karena OAP kita sendiri  menjadikan pelantara alam papua dengan pendatang (memperalat) dalam kepentingan kehiduupan mereka, maka perbuatan kita berdampak pada kita sendiri OAP. Pemilik hakulayat tidak mudah terpengaruh dengan pembangunan yang mengeksploitasi tanpa ada keuntungan dalam harapan  anak cucu kedepan, agar kedepan tidak menjadi dampak pada anak cucu di papua.

Penutup

   OAP Jual tanah, maka OAP miskin segalanya, OAP jual tanah, maka sama halnya dengan OAP menjual harga diri, OAP menjual tanah, maka OAP menjual mama yang sudah memelihara dan membesarkan bagi kita OAP, OAP menjual tanah, maka kehilang sumber daya hidupnya. Oleh karena itu, OAP mestinya menyadari bahwa tanah adalah satu harta yang sangat penting. Karena, Persoalan mengenai tanah selalu ada hubungannya dengan anak-cucu kita di masa depan. Stop jual tanah.

Penulis adalah Pemuda Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *